Naskah Drama Cerita Rakyat Jawa
Alkisah. Dahulu kala di Jawa Timur terdapat kerajaan
yang dipimpin oleh raja bernama Raden Putra. Raden Putra kaya raya dan
berkuasa. Kegemarannya menyabung ayam.
Raden Putra memiliki permaisuri dan beberapa orang
selir. Seorang selirnya mempunyai sifat iri dengki dan ingin merebut kedudukan
permaisuri. Untuk mewujudkan keinginannya ia memfitnah permaisuri.
Nah, bagaimana kisah selanjutnya....?? Mari kita
saksikan peragaan drama berikut ini....
Adegan 1
Tabib:
Ampun Tuan Putri. Ada apakah gerangan Tuan Putri
memanggil hamba?
Selir:
Tabib, aku ingin menjadi permaisuri raja. Aku sudah
bosan menjadi selir raja. Makanya aku ingin menyingkirkan permaisuri dari
istana ini!
aku akan pura-pura sakit yang disebabkan oleh
permaisuri yang sengaja ingin meracuni aku karena dia iri padaku. Dan kau
Tabib, harus membantuku untuk melaksanakan keinginanku.
Kau mengerti Tabib?
Tabib:
Hamba mengerti Tuan Putri.
Selir:
Bagus! Bagus! Kalau kau sudah mengerti. Kalau begitu,
beri tahu baginda raja sekarang. Kalau aku sedang sakit.
Tabib:
Baik Tuan Putri. Perintah Tuan Putri, segera saya
laksanakan.
Narator:
Tak lama kemudian, Tabib istana segera menyampaikan
kepada baginda raja bahwa selir sedang sakit. Sementara, selir berpura-pura
merintih kesakitan.
Adegan 2
Tabib:
Ampun baginda. Salah seorang selir ada yang menderita
sakit. Dan sakitnya, diakibatkan setelah meminum minuman yang diberikan oleh
permaisuri.
Raja:
Maksudmu, sakitnya selirku karena karacunan minuman
yang diberikan permaisuri begitu?!
Tabib:
Benar baginda, raja
Raja:
Apa? Benar yang kau sampaikan ini tabib? Apa kau tidak
mengada-ngada?
Tabib:
Yang hamba sampaikan ini benar baginda.
Raja:
Dinda, apa benar yang dikatakan Tabib istana?
Apa benar permaisuri meracunimu?
Selir:
(sambil merintih sakit) Benar baginda. Hamba sakit setelah
minum minuman yang diberikan permaisuri. Kata Tabib istana, minuman yang saya
minum itu mengandung racun.
Raja:
(marah) Permaisuri benar-benar keterlaluan! Tega-teganya dia
ingin membunuhmu.
Pengawal! Panggil permaisuri menghadap saya sekarang
juga!
Pengawal:
Baik. Baginda. Perintah baginda segera hamba
laksanakan.
Narator:
Tak lama kemudian, pengawal sudah tiba membawa
permaisuri ke hadapan baginda raja
Pengawal:
Ampun Baginda. Ini permaisuri sudah hadir dihadapan
baginda.
Permaisuri:
(dengan polos) Ada apa gerangan kanda memanggil hamba?
Raja:
(marah) Kau sungguh-sungguh keterlaluan Dinda! Kau sengaja
menaruh racun di minuman selir karena kau iri padanya. Iya kan? Kau ingin
membunuh dia kan? Dasar pembunuh!
Permaisuri:
Apa? Ampun baginda. Ini, ini fitnah baginda. Hamba
tidak pernah memberi minuman pada selir paduka.
Raja:
(marah) Aku sudah tidak percaya dengan segala alasanmu! Aku
sudah tidak sudi melihatmu lagi ada di depanku lagi!
Pengawal!
Pengawal:
Hamba, Baginda.
Raja:
Bawa segera permaisuri ke hutan dan bunuh dia!
Permaisuri:
Apa?!(menangis)
Ampun kanda. Hamba benar-benar tidak pernah melakukan
seperti yang dituduhkan kepada hamba. Itu fitnah! Itu bohong!
Raja:
Pengawal! Tarik segera permaisuri ke luar istana! Aku
sudah tidak sudi melihat dia lagi!
Pengawal:
Baik Baginda.
Mari, permaisuri. Maafkan hamba permaisuri. Hamba
hanya melaksanakan perintah raja.
Narator:
Pengawal akhirnya membawa ke luar permaisuri dan
membawanya ke hutan. Tapi pengawal tidak sampai hati untuk membunuh permaisuri
yang sedang hamil.
Adegan 3
Pengawal:
Tenang Tuan Permaisuri. Hamba tahu akal busuk selir
dan hamba tidak akan membunuh permaisuri. Hamba hanya mengantar permaisuri ke
hutan ini.
Hamba akan mengatakan pada Baginda raja bahwa hamba
telah membunuh Tuan Permaisuri.
Dan pedang saya ini akan hamba lumuri dengan darah
kelinci supaya raja percaya kalau Tuan permaisuri sudah mati
Permaisuri:
Terimakasih pengawal. Kau baik sekali.
Sungguh aku tidak akan melupakan budi baikmu
Pengawal:
Sudah sewajarnya hamba melakukan ini Tuan Permaisuri.
Hamba tidak rela Tuan Permaisuri yang baik hati difitnah oleh selir raja.
Nah. Pedang hamba sudah selesai hamba lumuri dengan
darah kelinci.
Sekarang hamba, akan kembali ke istana.
Permaisuri:
Baiklah, pengawal. Terimakasih atas pertolonganmu.
Narator:
Sesampainya di istana, pengawal langsung menghadap
raja
Adegan 4
Pengawal:
Ampun baginda. Perintah baginda sudah hamba
laksanakan.
Raja:
Mana buktinya pengawal?
Pengawal:
Ini raja. Pedang hamba sudah berlumuran darah
permaisuri.
Raja:
Bagus! Bagus! Kau sudah melaksanakan perintahku dengan
baik.
Narator:
Setelah mendengar laporan pengawal, raja dan selir
merasa puas dan bahagia karena mengira permaisuri sudah terbunuh.
Beberapa bulan kemudian permaisuri melahirkan seorang
bayi laki-laki yang tampan dan sehat.
Ia diberi nama Cindelaras. Cinde Laras tumbuh menjadi
anak yang kuat dan cerdas. Ia suka bermain di hutan. Pada suatu hari ia
menemukan sebutir telur ayam.
Adegan 5
Cindelaras:
Bunda.....! lihatlah! Aku menemukan sebutir telur ayam
Permaisuri:
Oh iya betul anakku. Rawatlah telur ayam ini sampai
menetas. Nanti akan bermanfaat untukmu
Cindelaras:
Iya bunda. Akan kurawat telur ayam ini seperti nasehat
bunda.
Narator:
Selang beberapa hari telur Cindelaras menetas dan
menjadi anak ayam jantan. Ayam itu dengan cepat tumbuh besar. Seperti kebiasaan
ayahnya, Cindelaras suka menyabung ayam.
Ia pergi ke desa-desa tetangga untuk menyabung ayam.
Ayam jagonya sangat kuat dan selalu menang melawan ayam-ayam jago lain.
Cindelaras menjadi terkenal. Semua orang mendengar cerita tentang anak
laki-laki itu dan ayam jagonya.
Adegan 6
Pengawal:
Ampun, baginda. Hamba mendengar dari para penduduk
bahwa ada seorang bocah yang memiliki ayam jago yang sangat luar biasa. Ayam
bocah itu selalu menang apabila bertanding bertarung dengan ayam jago
para penduduk lainnya.
Raja:
Heemm. Apa tadi kau bilang? Pemiliknya masih bocah?
Orang dari desa mana dia?
Pengawal:
Ampun baginda. Menurut berita yang hamba dengar, bocah
itu tinggalnya di hutan.
Raja:
Heemm. Aku jadi penasaran. Pengawal! Bawa bocah itu ke
istana suruh menghadapku sekarang juga!
Pengawal:
Baik baginda. Perintah baginda, segera hamba
laksanakan.
Narator:
Tak lama kemudian, pengawal sudah berhasil membawa
Cindelaras ke hadapan raja.
Raja:
Heeemm. Hai bocah! mana ayam jagomu? Katanya ayam
jagomu adalah ayam terkenal dan terhebat yang tidak bisa terkalahkan oleh ayam
jago siapapun? Ayo, sekarang lawan ayam jago kepunyaanku!
Cindelaras:
Ampun, baginda. Hamba bersedia menuruti tantangan
baginda. Tapi hamba ada syarat.
Raja:
Syarat apakah itu?
Cindelaras:
Syaratnya adalaaah bila hamba memenangkan
pertandingan, raja harus merelakan setengah kerajaan untuk diberikan kepada
hamba.
Raja:
(bergumam) pintar sekali anak muda ini mengajukan persyaratan.
Ayam-ayam jagoku adalah ayam pilihan dan dirawat dengan sangat baik. Tidak
mungkin ayam jago anak ini yang akan menang.
Baiklah anak muda. Aku setuju dengan persyaratanmu!
Dan bagaimana apabila ayammu yang kalah?
Cindelaras:
Jika ayam hamba yang kalah, hamba bersedia dihukum
pancung.
Raja:
Baiklah anak muda, kita mulai sekarang pertarungan ini
Cindelaras:
Baiklah, baginda raja
Narator:
Maka, dimulailah pertarungan yang sengit ayam jago
raja melawan ayam jago Cindelaras
Raja sudah berusaha memilih ayamnya yang terbaik untuk
melawan ayam Cindelaras, namun....
Raja:
(bergumam)Wuaaahhh! Benar-benar hebat ayam bocah itu dengan
mudahnya ayam jagoku dikalahkan sampai ayam jagoku babak belur dihajar oleh
ayam bocah itu.
Benar kata para penduduk. Ayam bocah itu memang tidak
terkalahkan!
Narator:
Melihat pertarungan itu semua orang terkejut. Mereka
lebih heran lagi ketika ayam Cinde Laras berkokok dan berbunyi.....
Ayam:
Kukuruuyuuuk...! Akulah ayam jago Cindelaras, yang
hidup di hutan, tapi ia anak Raden Putra!
Narator:
Ayam itu berkokok lantang berulang-ulang. Semua orang
yang melihat adu ayam terkejut bukan main.
Rajapun sangat terkejut. kemudian raja memanggil
Cindelaras
Adegan 7
Raja:
Hai bocah! Mendekatlah kemari!
Cindelaras:
Baik, baginda.
Raja:
Siapa namamu? Dan Di mana rumahmu?
Cindelaras:
Nama hamba Cindelaras, yang mulia. Hamba tinggal
bersama ibu di hutan
Raja:
Siapa nama ibumu?
Cindelaras:
Ibu hamba seorang permaisuri di kerajaan ini, baginda
Raja:
(terkejut) Apa kau bilang?!
(bergumam) Apa benar yang kau katakan itu?
Cindelaras:
Benar, baginda.
Narator:
Cinde Laras menyebutkan nama ibunya dan raja langsung
terperanjat.
Raja:
(bergumam) Apakah benar ia anakku?
Katanya anak ini tinggal di hutan, namun dari
tadi kuperhatikan ketika dia datang di istana tindak tanduknya seperti anak
bangsawan
Pengawal:
Ampun baginda. Dulu sewaktu baginda memerintahkan
hamba untuk membunuh permaisuri yang sedang hamil, hamba tidak tega
membunuh permaisuri karena hamba tahu kalau permaisuri hanya difitnah oleh
selir yang ingin menjadi permaisuri.
Raja:
Apa? Pengawal! Apakah yang kau katakan itu adalah
kebenarannya?
Pengawal:
Benar baginda.
Narator:
Mendengar semua itu, Raden Putra sangat marah.
Raja:
Pengawal! Ayo tunjukkan sekarang juga di mana permaisuri
sekarang berada.
Pengawal:
Baik Baginda. Perintah baginda segera hamba
laksanakan!
Raja:
Ayo Cindelaras, kau ikut bersamaku juga tunjukkan
dimana tempat tinggalmu
Narator:
Dan tak lama kemudian, sampailah raja, pengawal dan
Cindelaras di hutan.
Begitu sampai di depan gubug Permaisuri yang saat itu
sedang menyapu di halaman, raja langsung mengenalinya kemudian memanggilnya,
Adegan 8
Raja:
Dinda, Dinda permaisuri maafkan aku, Dinda!
Permaisuri:
(terkejut) Haah?? Kanda?! Kenapa bisa tahu hamba berada di sini?
Raja:
Aku kesini bersama putramu dan pengawal.
Dinda, maafkan aku Dinda. Aku sudah mendengar dari
pengawal tentang kebenarannya. Aku sangat menyesal terlalu menurutkan nafsu
buru-buru marah dan tidak mendengarkan penjelasanmu waktu itu.
Dinda, ayo pulang lagi ke istana. Bersama putra kita
Cindelaras.
Narator:
Permaisuri sangat kaget dan hanya bisa terdiam
terhadap apa yang sedang terjadi. Dan pengawal maupun Cindelaras merasakan haru
terhadap perjumpaan raja dan permaisurinya.
Permaisuri:
Baiklah kanda. Dinda juga sudah lama memaafkan kanda.
Mari kita mulai kehidupan kita yang baru lagi
Raja:
Terimakasih dinda. Sungguh kau wanita yang sangat baik
hati. Aku sangat menyesal telah menyia-nyiakanmu.
Narator:
Akhirnya Raja dan permaisuri bersama putranya
Cindelaras diiringi pengawal kembali ke istana. Raja mengukuhkan kembali
kedudukan permaisuri dan menghukum selir yang jahat itu. Sejak saat itu Raden
Putra, permaisuri dan Cindelaras hidup bahagia di istana.
Setelah raja meninggal, Cinde Laras menggantikannya
menjadi raja. Ia memerintah dengan adil dan bijaksana
Demikianlah tadi cerita rakyat dari Jawa timur. Semoga
dari cerita tadi dapat diambil pelajaran bagi kita semua
Comments
Post a Comment
Masukan Komentar Anda