Contoh Fabel
Kura-kura dan Monyet
” Di kaki bukit Duhl,
terhampar luas perkebunan lobak, kol, dan wortel. Sebuah rumah dengan
arsitektur sederhana berada di tengah-tengahnya. Kepulan asap keluar dari
cerobong, rembulan menciptakan sebuah lukisan maha sempurna seolah langit
berwarna biru tua, pekat sekali.
Seekor kura-kura sedang asyik menggali tanah di kebun wortel.
Seekor kura-kura sedang asyik menggali tanah di kebun wortel.
” Yummy… mantap
sekali, wortel-wortelnya besar sekali, istri dan anak-anakku bisa senang jika
aku membawa wortel-wortel ini. Sebagai seorang suami, tanggungjaWab terbesarku
adalah besok bisa menyaksikan anak-anakku bisa bermain dengan keadaan perut
kenyang!”
Ketika sedang asyik
menggali tanah, seorang petani memergokinya, langsung menangkap kura-kura itu.
” Yahuuuu…
akhirnya!!! Rupanya kau pencurinya!”
Kura-kura dibawa dan
dimasukkan ke dalam kandang terkunci.
” Besok kau akan
kucincang!!” Kata si petani.
Tengah malam,
kura-kura itu menangis tersedak. Dia teringat anak istrinya. Datanglah seekor
monyet.
”Kenapa kau menangis
dan terkurung disini wahai kawanku?!” Tanya si monyet.
” aku menangis
bahagia, karena besok pagi aku akan dinikahkan dengan anak gadis pak petani.
Aku sudah beristri, dengan sangat rela aku mempersilahkan kamu untuk
menggatikanku…” Jelas si kura-kura..
” Sebentar..”.’
monyet berpikir ” ahaaa… aku jadi teringat pada sebuah buku yang pernah aku
baca. di dalamnya ada kisah kura-kura dan monyet. Kura tertangkap karena
mencuri mentimun pak tani. Kura pura-pura mau dinikahkan dengan anak gadis
petani. Dan
monyet bersedia menggantikannya sebagai petani… Hmm, sebuah dongeng keparat, mana ada monyet sebodoh itu.” Monyet menatap kura-kura,” kawan, aku tidak mau seperti monyet di dalam dongeng tersebut, mati sia-sia di ujung golok seorang petani… mati sia-sia karena ketololannya. Jika Tuhan mengizinkan
besok aku akan datang ke resepsi pernikahanmu..”
monyet bersedia menggantikannya sebagai petani… Hmm, sebuah dongeng keparat, mana ada monyet sebodoh itu.” Monyet menatap kura-kura,” kawan, aku tidak mau seperti monyet di dalam dongeng tersebut, mati sia-sia di ujung golok seorang petani… mati sia-sia karena ketololannya. Jika Tuhan mengizinkan
besok aku akan datang ke resepsi pernikahanmu..”
Dan esok harinya
kura-kura malang itu jadi juga disembelih oleh petani. Pada tangkai pohon-pohon
di atas bukit monyet bersama kawan-kawannya sambil memakan buah-buahan segar
hasil curian menyaksikan penyembelihan itu dari kejauhan.
” Ternyata dongeng itu Benar adanya kawan…” Kata
si monyet.
Comments
Post a Comment
Masukan Komentar Anda